1. Tidak adanya keinginan yang kuat dari dirinya sendiri, di mana hatinya seolah-olah tidak tertarik kepada hidayah tersebut sehingga tidak ada niat sama sekali untuk berusaha mendapatkannya.
Ada juga orang yang tidak mahu peduli apakah ia akan mendapat petunjuk atau tersesat, akan mengambil faedah dari ilmu yang dimilikinya atau tidak, atau akan menjadi orang alim terhadap agamanya atau tidak. Baginya, mendalami perkara-perkara lain adalah jauh lebih penting daripada mendalami tafsir surah al-Fatihah atau mempelajari kajian-kajian lain yang sangat diperlukan dalam menjalankan Islam. Maka orang yang seperti ini tergolong orang yang tidak kuat keinginan dan hasrat hatinya untuk mendapat hidayah dari Allah SWT. Allah SWT berfirman:
'' Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka,
tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, nescaya mereka pasti
berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri
(dari apa yang mereka dengar itu)'' Al-Anfal: 23
Sebagaimana disebutkan dalam kitab Sahihain, Rasulullah SAW bersabda:
''perumpamaan hidayah dan ilmu, yang dengannya
Allah SWT mengutusku (kepada kamu), adalah bagaikan hujan
yang turun membasahi bumi.Tapi, bumi yang dibasahinya itu,
sebahagiannya ada yang tanahnya subur sehingga
ia dapat menyerap air hujan tersebut dengan baik
lalu menumbuhkan rerumputan yang banyak.
Ada yang tanahnya tandus sehingga tidak mampu menyerap air itu,
tapi mampu menampungnya. Maka Allah menjadikannya
bermanfaat bagi manusia, di mana mereka
dapat mengambil air darinya dan memanfaatkannya
untuk minum dan bercucuk tanam.
Ada lagi sebahagiannya pula yang tanahnya masin,
yang tidak dapat menahan air dan tidak dapat pula menyerapnya.
Begitu pula perumpamaan antara orang yang menerima
apa yang aku bawa dari Allah lalu mempelajari
dan mengamalkannya, kemudian mengajarkannya
kepada orang lain, dan orang yang tidak mengambil
manfaat darinya sama sekali
(tidak untuk dirinya apalagi untuk orang lain)''
Orang yang lalai terbahagi kepada dua, iaitu :
i. Orang lalai yang jahat
.:: yang tingkah lakunya sehari-hari sudah tidak ada bezanya lagi dengan binatang. Mereka hidup hanya untuk menurutkan kehendak nafsu dan syahwatnya semata-mata. Mereka tidak mengerti tentang al-Quran dan sunnah sedikit pun. Hari-hari mereka berlalu begitu sahaja, tanpa pernah mereka renungkan padanya tentang mahu ke manakah dia akan pergi, dan bagaimanakah masa depan mereka kelak. Kita berlindung kepada Allah dari orang yang seperti ini.
ii. Orang lalai yang jahil
.:: Kelompok yang kedua ini banyak berada di daerah-daerah pedalaman dan di tempat-tempat yang belum terjangkau oleh cahaya Islam dan dakwah Islamiah. Maka para ulama dan penuntut ilmu mestilah datang ke daerah-daerah tersebut untuk memberikan pemahaman agama kepada mereka. Sebab, tak diragui lagi bahawa merekalah yang paling bertanggungjawab untuk menyampaikan dakwah kepada para penduduk daerah-daerah terpencil tersebut.
2. Suka berteman ataupun berkawan dengan orang-orang jahat dan suka berkunjung ke tempat-tempat yang keji seperti kelab malam, disko tempat hiburan dan sebagainya. Lama-kelamaan kita juga akan terikut dengan budaya ini meskipun asalnya kita adalah tergolong dari kalangan orang yang baik.
Hindarilah olehmu berteman dengan teman yang jahat. Sebab, yang paling mencelakakan bagi Abu Thalib adalah teman-temannya. Ketika kepadanya telah diajarkan kalimat ''La ilaha illallah'' oleh Rasulullah SAW, dan dia telah hampir saja mengucapkannya, tiba-tiba temannya berucap: ''Janganlah engkau ucapkan kalimat itu!'' Maka dia pun tidak jadi mengucapkannya, sehingga ia kekal di dalam neraka.
Ali Ibn Abi Thalib r.a. berkata :
''Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang suka berbuat kebaikan, kerana sesungguhnya mereka itu akan menjadi penolong bagimu di dunia ini dan di akhirat kelak''
Orang-orang bertanya kepada Ali : ''Wahai Abu Al-Hasan, penolong di dunia memang benar, tapi bagaimanakah dengan penolong di akhirat?''
Ali menjawab : 'Bukankah kamu telah mendengar firman Allah SWT :'
''Teman-teman akrab pada hari itu sebahagianya menjadi
musuh bagi sebahagian yang lain kecuali
orang-orang yang bertakwa'' Az-Zuhruf : 67
Rasulullah SAW bersabda :
''Seseorang itu akan dikumpulkan nanti di akhirat
bersama orang yang dicintainya,''
dan
''Seseorang itu bergantung kepada agama temannya,
maka berhati-hatilah kamu ketika memilih teman''
.. Kita berlindung kepada Allah dari berteman dengan orang jahat ..
Imam Syafie dengan rendah hati berkata dalam sebuah syairnya :
:: Aku suka orang-orang soleh, padahal aku bukan termasuk golongan mereka. Harapanku hanyalah agar aku juga mendapat syafaat kelak bila bersama mereka, dan aku benci orang-orang yang berbuat maksiat adalah perdagangannya, padahal, aku sendiri barangkali saja seperti mereka.
Hindarilah seboleh mungkin berkawan dengan orang jahat, yang jauh dari Allah dan dekat kepada syaitan, yang tidak menginginkan kebaikan dan tidak bersedia menempuh jalan yang lurus. Duduk bersama mereka adalah sangat merugikan, kecuali jika engkau merasa yakin bahawa engkau dapat mempengaruhi mereka, lalu mengajak mereka kepada kebaikan dan membimbing mereka kepada kebenaran. Maka dalam perkara ini, engkau berkewajipan untuk melakukannya agar Allah menyelamatkan mereka melalui dirimu ::
3. Ditimpa oleh penyakit syubhat dan penyakit syahwat.
Penyakit syubhat adalah penyakit keraguan ; kita berlindung kepada Allah dari penyakit yang berbahaya itu. Allah SWT berfirman bermaksud :
''Sebenarnya pengetahuan mereka tentang
akhirat tidak sampai (ke sana) malahan mereka
ragu-ragu tentang akhirat itu,
lebih-lebih lagi mereka buta daripadanya
(An-Naml: 66)
''sesungguhnya mereka dahulu (di dunia)
dalam keraguan yang mendalam'' Saba’: 54
Penyakit yang banyak menimpa generasi muda Islam kini adalah penyakit ragu, iaitu semenjak kebudayaan timur dan barat merasuk ke negeri kita. Sedangkan penyakit yang kedua adalah penyakit syahwat yang bersumber dari mulut dan kemaluan, yang banyak mencampakkan umat Islam kecuali mereka yang mendapat rahmat dari Allah ke jurang kekejian dan kemaksiatan yang dapat mengundang murka Allah SWT.
Ubat penyakit ragu-ragu adalah yakin, menuntut ilmu, dan menjauhi budaya yang merosakkan. Adapun ubat penyakit syahwat adalah bersabar mudah-mudahan Allah mendatangkan kelapangan setelah kesukaran dan kebahagiaan setelah kegelisahan. Namun yang menentukan adalah adanya taufik dari Allah SWT. Semoga Allah memberi taufik dan hidayahnya kepada kita semua.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan